MENCUMBU KEINDAHAN KOTA PALU
Dalam rangka perjalanan dinas dari kantor, saya berkesempatan mengunjungi Kota Palu, Sulawesi Tengah. Dari Jakarta saya berdua dengan rekan kerja saya, Adi, menggunakan pesawat Lion Air selama 2 jam sebelum transit di Kota Makassar. Saya sempat terkesima dengan Bandar Udara Sultan Hasanudin, Makassar. Bandara ini adalah bandara paling keren dari semua bandara yang pernah saya singgahi di Indonesia. Bandara Sultan Hasanudin tampil dengan design modern, bersih dan serba teratur. Bandara Internasional Soekarno Hatta pun tidak mampu mengimbangi kecanggihan Bandara Hasanudin. Oh iya, ngomong-ngomong soal Bandara Internasional Soekarno Hatta….
Sewaktu saya tiba di Terminal 1A Cengkareng, saya melihat beberapa spanduk yang berisikan tulisan bahwa toilet di bandara baru. Penasaran seperti apakah toiletnya, saya langsung saja cek ke toilet di dekat counter check in dan langsung bertanya-tanya “hmm….yang baru apanya ya?”. Toiletnya masih jorok dan bau. Hal yang sama pun saya dapati di toilet boarding room. Sampai saat ini saya masih bertanya-tanya, toilet yang mana ya yang baru? Ada yang bisa kasih tau??
Tentang Pesawat
Oke, lanjut ke perjalanan saya ke Palu. Setelah sempat menunggu karena pesawat delay selama hampir satu jam, saya melanjutkan perjalanan ke Palu dengan menggunakan pesawat Wings Air. Hmm, jika kamu termasuk orang yang suka mencela pesawat yang buruk rupa, coba saja naik pesawat Wings Air ke Palu ini. Pesawatnya kecil, dengan tempat duduk di kiri 3 orang dan di kanan 2 orang (biasanya 3-3 kan ya?). Kursinya pun canggih, dalam artian bantalan tempat duduknya terpisah dengan kursinya dan suka merosot sendiri. Jika saya bersandar di jendela, maka saya bisa memenyok-menyokan dinding di samping jendela. Belum lagi goyangan pesawat yang aduhai dan landing yang menakjubkan. Pilot pesawatnya jago banget mengerem sejadi-jadinya sewaktu pesawat mau berhenti sehingga badan penumpang ikutan tertarik ke depan dengan sempurna. Untung saja pesawat kosong dan saya bisa pindah tempat duduk sehingga bisa melihat pemandangan dari atas pesawat yang keren abiss.
Saya tiba di Bandara Mutiara yang bangunannya beda tipis sama bangunan SD Inpres jam 14.30 waktu setempat. Ada pemandangan unik di Bandara Mutiara. Sewaktu saya mendarat saya melihat ada kerumunan orang melihat kearah landasan. Saya sempat mengira ada sesuatu atau mungkin ada orang penting yang datang sehingga perlu disambut. Setelah saya lihat lagi ternyata tidak ada apa-apa. Mereka hanya penjemput atau pengantar yang melihat dari anjungan bandara. Saya sempat mengusulkan ke teman saya, Adi, untuk dadah-dadah kearah kerumunan tersebut. Biar berasa kayak seleb. Langsung saja si Adi menolak dengan sukses ide saya itu. Hehehehe :(
Kota Palu suasananya hampir sama dengan kebanyakan kota-kota kecil lainnya di Jawa. Kota Palu dikelilingi oleh gunung dan laut. Sejauh mata memandang hanyalah gunung, sehingga kalo kita berjalan seakan-akan menembus gunung. Saya sempat melewati Pantai Taman Ria di malam hari, karena relatif dekat dengan hotel tempat saya menginap. Malam hari banyak warung-warung di pinggiran pantai dengan lampu-lampu yang indah. Hari pertama saya di Kota Palu saya belum bisa kemana-mana karena masih mengurusi acara kantor sampai jam 1 malam. Kota Palu lumayan ramai di malam hari, banyak mobil dan motor berseliweran hingga lewat tengah malam. Namun sayang, lampu-lampu jalannya mati semua ditambah lagi sering mati listrik. Tambah gulita lah kota ini.
Wisata Kuliner
Malam harinya saya makan malam dengan menu ikan bakar dan ikan kuah asam di rumah makan MJM di Jalan Setiabudi. Ikannya besar-besar dan enakk. Yang paling enak adalah kuah asamnya, Makk nyuss. Rasa sambalnya juga enak dan segar. Makan malam yang sempurna enaknya……
Keesokan harinya, seusai acara kantor, barulah saya bisa berjalan-jalan di Kota Palu. Mendung pekat yang bergelayut dan gerimis yang membasahi Kota Palu tidak menyurutkan semangat saya berjalan-jalan di Kota Palu. Pemberhentian pertama adalah Rumah Makan Kaledo Stereo di Jalan Diponegoro. Kaledo adalah masakan khas Kota Palu, yaitu sop kaki lembu Donggala. Rasanya ueennakk tenan. Rumah makan ini sering didatangi oleh selebritis lokal, terlihat dari foto-foto selebritis yang sedang makan disana memenuhi dinding. Contohnya saja duo Maia dan Mey Chan. Saya sangat merekomendasikan makan disini jika kamu berkunjung ke Kota Palu. Usai makan, kami menyusuri pantai Taman Ria dan Pantai Taseli dan berfoto-foto sejenak di Jembatan Kuning.
Malamnya kami pergi ke Restoran Ayam Goreng Diponegoro untuk makan malam. Restoran ini menyajikan menu ala masakan Sunda seperti ayam goreng, lalapan, dan lain-lain. Menurut saya sih biasa, karena saya sudah pernah makan yang lebih enak lagi. Tapi mungkin bisa dicoba untuk variasi makanan. Kelar makan malam, kami pergi ke Pantai Taman Ria. Di depan Hotel Palu Golden banyak penjual duren lokal. Kami sempat mencicipi beberapa buah duren lokal yang manis dan enak. Seru juga, menyantap duren di tengah hujan diiringi deburan ombak Pantai Taman Ria.
Kejarlah Pantai Kau Terlambat
Ada kejadian yang lucu di hari terakhir saya di Kota Palu. Pesawat saya yang akan membawa saya ke Makassar dijadwalkan take off jam 07.10 waktu setempat. Nah, ceritanya weker di Handphone saya tidak berbunyi (atau udah bunyi tapi saya yang enggak denger yah?). Jadi jam 6 kurang saya baru check out. Abis check out, bukannya langsung ke bandara malah foto-foto Pantai Taman Ria dulu. Ini memang obsesi saya karena saya belum sempat foto-foto pantai di Kota Palu. Sudah puas foto-foto barulah kami menuju Bandara. Sampai di Bandara ternyata semua penumpang sudah masuk pesawat. Jadilah saya dan Adi terbirit-birit check in dan lari ke pesawat. Sampai di pesawat semua penumpang sudah siap berangkat. Akhirnya dengan tertunduk malu dan berjalan pelan-pelan, saya dan Adi masuk pesawat diiringi tatapan ingin membunuh dari semua penumpang Wings Air. Hihihihihi.
Selepas kurang lebih satu jam kemudian kami tiba di Bandara Sultan Hasanudin, Makassar. Kebetulan, karena duduk di belakang, kami turun lewat tangga sehingga saya punya kesempatan untuk berfoto di depan Bandara Sultan Hasanudin. Saya punya banyak kesempatan untuk berjalan-jalan mengagumi bandara lebih lama sebelum akhirnya pesawat membawa saya kembali ke Jakarta.
Oh iya, sampai di Jakarta saya langsung disambut kemacetan di tol bandara. Ihiks, jadi ingin kembali lagi ke Palu :(
*terima kasih saya ucapkan kepada kantor saya tercinta selaku sponsor utama perjalanan saya ini :(
3 Comments:
akhirnya berhasil juga gw bikin blog...najis ya gw...gaptek banget.... ;D
hola mas iya donk kota palu emang indah walaupun prkmbngannya lmbt tpi mas blum pergi k danau lindunya wuih djamin kren bget...ak fhara n tnggalny dpalu dkat bndara pula...
iya emang benar dari seluruh bandara yg ada di Sulawesi hanya palu saja udah kayak terminal BIS airportnya, sy sendiri jadi malu sebagai Putra asli kota palu. udah hampir 9 tahun dijawa tu bandara g berubah-ubah. begitu2 sj.
jgn kapok datang ke palu... skrg udah lebih baik lagi kok kotanya.
Welcome to gulf city
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home