Antara Museum Gajah dan Patung Jamur
Saya kembali lagi ke museum. Kali ini yang menjadi sasaran adalah Museum Nasional atau yang lebih sering disebut Museum Gajah. Dari tempat pertemuan kami di Pasaraya Blok M, kami naik “bisnya Bang Yos”, yaitu Bis Transjakarta dan turun di Halte Museum Nasional. Dengan membayar tiket seharga Rp. 750,- kami bisa melihat-lihat koleksi Museum Nasional. Ada patung, keramik sampai ke koleksi tempat tidur Dewi Sri. Tempat tidur Dewi Sri ini adalah koleksi kesukaan saya. Tempat tidur Dewi Sri ini adalah tempat pemujaan kepada Dewi Sri yaitu Dewi Kesuburan. Pada jaman dahulu, setiap rumah di Jawa khususnya, pasti ada tempat tidur Dewi Sri-nya. Menarik sekali.
Sayang, karena terlalu siang ke Museum Nasional [atau terlalu lama foto-foto ya? ;)] kami tidak sempat melihat semua benda-benda yang ada di Museum Nasional ini, karena Museum Nasional tutup jam 13.30. Sayang sekali, seharusnya untuk weekend museum harusnya tutup lebih sore karena pengunjung lebih banyak. Waktu kami keluar museum, ada beberapa wisatawan asing yang baru datang dan harus kecewa karena museum sudah tutup.
Seniman Patung Dadakan
Di sebelah Museum Nasional terdapat Gedung Galeri Nasional. Kebetulan kemarin sedang diadakan pameran tunggal kelima dari Iriantine Karnaya. Banyak jamur-jamur bertebaran di pelataran gedung. Ada yang besar, kecil sampai ke balon jamur. Kami yang tadinya hanya berniat memfoto jamur-jamur itu akhirnya malahan ikut dalam workshop membuat patung jamur. Jadilah kami menjadi seniman patung jamur dadakan. Kami mengenakan celemek berwarna hitam, dan diberi sebongkah tanah liat berwarna abu-abu. Kami dibebaskan berkreasi membuat jamur atau benda-benda lain yang kami suka. Saya membuat taman jamur. Mengasyikan sekali. Membuat bentuk jamur dari tanah liat dan menghasilkan bentuk-bentuk yang lucu. Walaupun tangan saya belepotan tanah liat, tapi saya senang karena ini adalah pengalaman pertama saya menjadi “pematung” ;).
Setelah karya selesai, kami diharuskan menuliskan proses kreatif kami di selembar kertas dan dikumpulkan. Setelah selesai kami mendapat sertifikat, goody bag dan foto bersama ibu Iriantine Karnaya. Seru abiss…
Berakhir di Jalan Sabang
Kelar belajar mematung, kami menuju ke Monas alias Monumen nasional. Niat hati ingin naik ke puncak Monas, tapi karena sudah sore, kami hanya berhasil naik sampai ke cawannya saja dan tentu saja berfoto-foto J
Capek berfoto-foto dan lapar, kamipun naik taksi menuju ke Jalan Sabang, menikmati wisata kuliner (halah). Saya makan pecel ayam yang sambelnya mak nyusss….
Wah, benar-benar jalan-jalan yang seru. Dengan ide sederhana mengunjungi Museum Gajah, saya dapat pengalaman seru menjadi pematung jamur. Jadi pengen jalan-jalan lagi. Selanjutnya kemana ya?
Sayang, karena terlalu siang ke Museum Nasional [atau terlalu lama foto-foto ya? ;)] kami tidak sempat melihat semua benda-benda yang ada di Museum Nasional ini, karena Museum Nasional tutup jam 13.30. Sayang sekali, seharusnya untuk weekend museum harusnya tutup lebih sore karena pengunjung lebih banyak. Waktu kami keluar museum, ada beberapa wisatawan asing yang baru datang dan harus kecewa karena museum sudah tutup.
Seniman Patung Dadakan
Di sebelah Museum Nasional terdapat Gedung Galeri Nasional. Kebetulan kemarin sedang diadakan pameran tunggal kelima dari Iriantine Karnaya. Banyak jamur-jamur bertebaran di pelataran gedung. Ada yang besar, kecil sampai ke balon jamur. Kami yang tadinya hanya berniat memfoto jamur-jamur itu akhirnya malahan ikut dalam workshop membuat patung jamur. Jadilah kami menjadi seniman patung jamur dadakan. Kami mengenakan celemek berwarna hitam, dan diberi sebongkah tanah liat berwarna abu-abu. Kami dibebaskan berkreasi membuat jamur atau benda-benda lain yang kami suka. Saya membuat taman jamur. Mengasyikan sekali. Membuat bentuk jamur dari tanah liat dan menghasilkan bentuk-bentuk yang lucu. Walaupun tangan saya belepotan tanah liat, tapi saya senang karena ini adalah pengalaman pertama saya menjadi “pematung” ;).
Setelah karya selesai, kami diharuskan menuliskan proses kreatif kami di selembar kertas dan dikumpulkan. Setelah selesai kami mendapat sertifikat, goody bag dan foto bersama ibu Iriantine Karnaya. Seru abiss…
Berakhir di Jalan Sabang
Kelar belajar mematung, kami menuju ke Monas alias Monumen nasional. Niat hati ingin naik ke puncak Monas, tapi karena sudah sore, kami hanya berhasil naik sampai ke cawannya saja dan tentu saja berfoto-foto J
Capek berfoto-foto dan lapar, kamipun naik taksi menuju ke Jalan Sabang, menikmati wisata kuliner (halah). Saya makan pecel ayam yang sambelnya mak nyusss….
Wah, benar-benar jalan-jalan yang seru. Dengan ide sederhana mengunjungi Museum Gajah, saya dapat pengalaman seru menjadi pematung jamur. Jadi pengen jalan-jalan lagi. Selanjutnya kemana ya?
2 Comments:
Uni, kok foto lo lagi yoga gak dimasuikin sih? Padahal, keren abis tuh, gaya lo!
Next destination yuks diawal Agustus, abis lo pulang dari Bali.
This comment has been removed by a blog administrator.
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home