Wisata Benteng di Cilacap
Setelah tertunda sekitar setahun lamanya, akhirnya saya kesampaian juga mengunjungi Cilacap bersama sahabat saya, Ivo. Kami berangkat dengan mobil travel seharga 120 ribu rupiah dari Jakarta, sekitar jam 7 malam dan tiba di Cilacap sekitar jam 8 pagi. Setelah leha-leha sebentar, mbak Vera, kakaknya Ivo yang menjadi tempat kami menumpang selama di Cilacap, langsung mengajak kami ke Pantai Teluk Penyu, mumpung udara belum terlalu panas. Akhirnya dengan naik motor kami menuju ke pantai yang ternyata tidak terlalu jauh dari tempat kos mbak Vera. Karena diantara saya dan Ivo tidak ada yang bisa naik motor, maka mbak Vera mengantarkan kami bergantian. Saya mendapat giliran pertama diantarkan ke pantai Teluk Penyu.
Pantai Teluk Penyu adalah pantai yang ramai dikunjungi wisatawan dan penduduk sekitar di hari libur. Menurut mbak Vera, di pagi hari banyak kegiatan yang dilakukan di pantai ini, seperti olahraga bersama misalnya. Tetapi sewaktu saya sampai disana acara olahraga rupanya sudah selesai. Saking lamanya saya tidak melihat pantai, hal pertama yang saya lakukan adalah melepas sandal, dan dengan kaki telanjang menyusuri pantai sambil membasahi kaki dengan air laut. Nikmattt.....
Pantai Teluk Penyu adalah pantai yang ramai dikunjungi wisatawan dan penduduk sekitar di hari libur. Menurut mbak Vera, di pagi hari banyak kegiatan yang dilakukan di pantai ini, seperti olahraga bersama misalnya. Tetapi sewaktu saya sampai disana acara olahraga rupanya sudah selesai. Saking lamanya saya tidak melihat pantai, hal pertama yang saya lakukan adalah melepas sandal, dan dengan kaki telanjang menyusuri pantai sambil membasahi kaki dengan air laut. Nikmattt.....
Tidak beberapa lama, Ivo dan mbak Vera datang. Kami langsung melanjutkan berjalan menyusuri pantai. Tidak beberapa kami berjalan, ada seorang nelayan menghampiri kami menawarkan mengantarkan menyeberang ke Pulau Nusa Kambangan. Saya langsung antusias menerima ajakan nelayan itu. Ivo dan mbak Vera sempat ragu-ragu untuk ikut karena ombaknya agak besar, tapi dengan bujuk rayu saya dan iming-iming nelayan bahwa pantainya bagus, akhirnya mereka ikut juga.
Kami menyeberang dengan menggunakan perahu nelayan dengan membayar ongkos 10 ribu PP. Mau tau rasanya? yahh...seperti naik niagara 10 menit, Hehehehe. Sampai di Pulau Nusa Kambangan, kami diantarkan Pak Heri masuk ke pulau untuk melihat benteng. Perjalanan yang sungguh melelahkan. Jarak 2 km kami lewati dengan susah payah karena jalanannya setapak dan dengan jalur naik dan turun. yah, kayak naik bukit deh. Perjalanan yang melelahkan itu akhirnya selesai juga. Kami akhirnya menemukan Benteng Karang Bolong. Benteng sisa penjajahan Belanda itu masih berdiri tegak dan kokoh, walaupun tidak terawat dan berkesan angker. Ruangan-ruangan di dalam benteng diliputi kegelapan, menambah kesan seram. Sempat terselip rasa takut saya ketika kami menuruni anak tangga benteng hanya dengan bantuan senter.
Keluar dari Benteng Karang Bolong, kami melanjutkan perjalanan kembali. Pak Heri bercerita bahwa banyak orang yang datang untuk bersemedi di Pulau Nusa Kambangan. Tidak beberapa kami berjalan, kami menemukan pantai yang indah. Menurut Pak Heri namanya Pantai Karang Pandan. Kami beristirahat (dan berfoto tentunya) di Pantai Karang Pandan menikmati suasana di pantai yang sepi, hanya terdengar debur ombak memecah karang, dan teduh. Suasana yang cocok untuk pacaran (ehem) dan mencari inspirasi. Sayang, kami tidak bisa berjalan menyusuri Pantai Karang Bolong karena saat itu air laut sedang pasang.
Kami menyusuri jalan setapak lagi untuk ke pantai, yang ternyata jalurnya lebih pendek dari jalur kami pertama datang. Sampai di pantai ternyata kapal nelayan kami belum menjemput. Kami menunggu perahu nelayan sambil minum dan duduk di pondok sambil melihat anak-anak asyik berenang. Tepat jam 10.15 WIB, kami pun dijemput oleh perahu dan kembali ke Cilacap.
Kami disambut oleh cuaca panas menyengat dan gerah sekembali kami di Cilacap. Kami kembali ke kos untuk mandi dan beristirahat sampai sore hari.
Malam harinya kami makan malam di Retoran Seafood Teluk Penyu. Ikan Bakar, Cumi Saos Tiram, Udang Bakar dan Cah Kangkung menjadi menu kami dilatari suasana malam di tepi pantai. Mak Nyusss.....
Esok harinya, saya dan Ivo memutuskan untuk melakukan City Tour dengan Becak Pak Min. Tujuan pertama kami adalah Benteng Pendem. Benteng Pendem tidak jauh berbeda dengan benteng yang kami temui di Pulau Nusa Kambangan, hanya saja lebih terawat. Ada barak, bangunan klinik, ruang penjara, ruang tahanan, terowongan dan ruang tempat jenderal-jenderal. Puas mengelilingi benteng, kami melanjutkan tur dengan melihat-lihat kota Cilacap. Ada tempat menjual kerajinan dari kerang, tempat menjual ikan asin. Kami juga menyusuri jalanan besar di Cilacap yang keadaannya sangat jauh berbeda dengan jalanan di Jakarta. Sepi dan lengang, tidak macet, padahal Hari Senin. Kendaraan yang lalu lalang pun tidak sebanyak kendaraan di Jakarta. Benar-benar jalanan impian warga Jakarta seperti saya dan Ivo. Sebelum kembali ke kos, saya dan Ivo mampir ke Jalan Bakung untuk membeli oleh-oleh khas Cilacap.
Kami makan siang di dekat Stasiun Cilacap dengan menu pepes ikan dan sambal ulek. Sambal uleknya top morkotop. Selesai makan siang kami kembali menyusuri jalanan di Kota Cilacap, kali ini dengan berjalan kaki menuju ke Bank Mandiri karena Ivo harus mengurus sesuatu disana. Dari Bank Mandiri kami langsung pulang karena sudah basah kuyup oleh keringat dan kegerahan. Sampai di kos saya langsung mandi lagi dan menghabiskan sisa sore dengan leyeh-leyeh di kamar kos. Jam 7 malam, kami dijemput travel untuk kembali ke Jakarta dan sampai di Jakarta jam 5 pagi.
Saya suka Kota Cilacap, saya suka Pulau Nusa Kambangan. Makasih ya Ivo en mbak Vera atas perjalanan yang menyenangkan ini :)
Kami menyeberang dengan menggunakan perahu nelayan dengan membayar ongkos 10 ribu PP. Mau tau rasanya? yahh...seperti naik niagara 10 menit, Hehehehe. Sampai di Pulau Nusa Kambangan, kami diantarkan Pak Heri masuk ke pulau untuk melihat benteng. Perjalanan yang sungguh melelahkan. Jarak 2 km kami lewati dengan susah payah karena jalanannya setapak dan dengan jalur naik dan turun. yah, kayak naik bukit deh. Perjalanan yang melelahkan itu akhirnya selesai juga. Kami akhirnya menemukan Benteng Karang Bolong. Benteng sisa penjajahan Belanda itu masih berdiri tegak dan kokoh, walaupun tidak terawat dan berkesan angker. Ruangan-ruangan di dalam benteng diliputi kegelapan, menambah kesan seram. Sempat terselip rasa takut saya ketika kami menuruni anak tangga benteng hanya dengan bantuan senter.
Keluar dari Benteng Karang Bolong, kami melanjutkan perjalanan kembali. Pak Heri bercerita bahwa banyak orang yang datang untuk bersemedi di Pulau Nusa Kambangan. Tidak beberapa kami berjalan, kami menemukan pantai yang indah. Menurut Pak Heri namanya Pantai Karang Pandan. Kami beristirahat (dan berfoto tentunya) di Pantai Karang Pandan menikmati suasana di pantai yang sepi, hanya terdengar debur ombak memecah karang, dan teduh. Suasana yang cocok untuk pacaran (ehem) dan mencari inspirasi. Sayang, kami tidak bisa berjalan menyusuri Pantai Karang Bolong karena saat itu air laut sedang pasang.
Kami menyusuri jalan setapak lagi untuk ke pantai, yang ternyata jalurnya lebih pendek dari jalur kami pertama datang. Sampai di pantai ternyata kapal nelayan kami belum menjemput. Kami menunggu perahu nelayan sambil minum dan duduk di pondok sambil melihat anak-anak asyik berenang. Tepat jam 10.15 WIB, kami pun dijemput oleh perahu dan kembali ke Cilacap.
Kami disambut oleh cuaca panas menyengat dan gerah sekembali kami di Cilacap. Kami kembali ke kos untuk mandi dan beristirahat sampai sore hari.
Malam harinya kami makan malam di Retoran Seafood Teluk Penyu. Ikan Bakar, Cumi Saos Tiram, Udang Bakar dan Cah Kangkung menjadi menu kami dilatari suasana malam di tepi pantai. Mak Nyusss.....
Esok harinya, saya dan Ivo memutuskan untuk melakukan City Tour dengan Becak Pak Min. Tujuan pertama kami adalah Benteng Pendem. Benteng Pendem tidak jauh berbeda dengan benteng yang kami temui di Pulau Nusa Kambangan, hanya saja lebih terawat. Ada barak, bangunan klinik, ruang penjara, ruang tahanan, terowongan dan ruang tempat jenderal-jenderal. Puas mengelilingi benteng, kami melanjutkan tur dengan melihat-lihat kota Cilacap. Ada tempat menjual kerajinan dari kerang, tempat menjual ikan asin. Kami juga menyusuri jalanan besar di Cilacap yang keadaannya sangat jauh berbeda dengan jalanan di Jakarta. Sepi dan lengang, tidak macet, padahal Hari Senin. Kendaraan yang lalu lalang pun tidak sebanyak kendaraan di Jakarta. Benar-benar jalanan impian warga Jakarta seperti saya dan Ivo. Sebelum kembali ke kos, saya dan Ivo mampir ke Jalan Bakung untuk membeli oleh-oleh khas Cilacap.
Kami makan siang di dekat Stasiun Cilacap dengan menu pepes ikan dan sambal ulek. Sambal uleknya top morkotop. Selesai makan siang kami kembali menyusuri jalanan di Kota Cilacap, kali ini dengan berjalan kaki menuju ke Bank Mandiri karena Ivo harus mengurus sesuatu disana. Dari Bank Mandiri kami langsung pulang karena sudah basah kuyup oleh keringat dan kegerahan. Sampai di kos saya langsung mandi lagi dan menghabiskan sisa sore dengan leyeh-leyeh di kamar kos. Jam 7 malam, kami dijemput travel untuk kembali ke Jakarta dan sampai di Jakarta jam 5 pagi.
Saya suka Kota Cilacap, saya suka Pulau Nusa Kambangan. Makasih ya Ivo en mbak Vera atas perjalanan yang menyenangkan ini :)
1 Comments:
next kemana nie?
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home